Wednesday, October 31, 2012

[Cerpen] Sayang...?

Hello, ini ada secercah(?) buah karya gw yang berbentuk cerpen. puisinya kadang-kadang lagi ya. Ini cerpen sebenernya udah lumayan berumur dan sempet berjamur di hardisk(?) karena sudah dari sekitar kelas 8 apa kelas 9 ya gw lupa. Ini dibuat untuk memenuhi tugas Bahasa dan Sastra Indonesia (ciyeileeeh~) cekidot aja dah. engga ada yang gw rubah dan amat sangat teramat pure sekali banget~ #sip ya maap aja kalo enggak menarik atau banyak Typo~ mmm..... =))
====================================================================  
“Selamat tidur pangeran tampanku. Sampai jumpa di hari Minggu, Sayang! Aku selalu mencintaimu.” seruku lembut pada sebuah poster bergambarkan salah satu anggota Super Junior favoritku yang tertempel rapi di dinding lalu beranjak tidur.
Hai! Aku adalah seorang remaja putri bernama Fairy Vanessa. Aku adalah seorang gadis penghayal yang hebat. Aku juga adalah seorang gadis yang menyukai jenis musik pop yang berasal dari Korea. Salah satu idolaku adalah Super Junior, aku pun dapat disebut sebagai penggemar fanatik Super Junior. Aku mempunyai  banyak hal tentang mereka, seperti lagu, video, album, jaket, baju, dan lainnya.
Cerahnya sinar matahari yang menerobos masuk ke kamarku membuatku membuka mataku perlahan dan terbangun. Melihat jam dindingku yang menunjukan pukul 05:15 pagi, aku pun bergegas mandi lalu bersiap diri dengan sempurna karena ini Senin yang spesial. Seperti biasa, setelah itu aku pergi ke ruang makan untuk sarapan bersama ayah, ibu, dan adik laki-lakiku. Sekitar pukul 06:30 pagi, aku berangkat ke sekolah untuk berkumpul dengan peserta yang lain dan bersama-sama pergi ke bandara untuk berangkat ke Jepang. Sampai saat ini, pagi ini benar-benar pagi yang cerah dan indah.
“Hati-hati ya, Sayang!” seru ibuku lembut sambil melampai ke arah kaca jendela mobil mini bus yang aku naiki. Aku hanya membalasnya dengan lambaian tangan dan tersenyum.
Yap, aku pergi ke Jepang karena ada kegiatan pertukaran pelajar selama satu bulan. Yang menjadi pesertanya hanyalah murid-murid terpilih hasil seleksi para guru. Peserta pertukaran pelajar berjumlah 25 orang dan lima dari mereka adalah aku dan ke-4 temanku; Rasya, Sherin, Minzy, dan Caitlin.
“Minzy! Nanti kamu duduknya sama aku, ya?” tanyaku pada seorang gadis yang berdiri di depanku. Ya, kita sudah sampai di Bandara Internasional.
“Aku sih, gak masalah mau duduk sama siapa aja asalkan bisa nyambung kalau diajak ngobrol.” jawabnya santai.
“Fay, Min! Apa kalian sudah tau kalau rencananya Super Junior mau ada acara di Jepang?” seru Sherin semangat.
“I.. Ii.. Iyaaa! Kalau tidak salah besok deh.” sambung Caitlin ngos-ngosan karena habis berlari tertarik Sherin yang terlalu semangat.
“Aku gak bawa uang banyak-banyak nih. Tau gitu, aku bawa banyak.” balas Minzy lemas.
“Apapun yang terjadi kita harus nonton, ya! Biar nanti kita minta izin pergi satu hari. Acaranya waktu kita masih libur, kan?” tanyaku antusias. Kita ber-4 memang sama-sama menyukai Super Junior.
“Iya. Tapi nanti kamu yang izin ya, Fay? Kan kamu dekat sama guru!” Seru Sherin sambil memberikan senyum memelasnya. Aku hanya membalasnya dengan anggukan dan senyum seadanya.
“…”
Esoknya, aku bangun lebih awal dari yang lain. Entah kenapa semalaman aku tidah bisa tidur dengan nyenyak. “Apa mungkin karena hari ini aku akan bertatap muka, bersalaman, mengobrol bersama-sama dan mendapatkan tanda tangannya? Pangeranku, kau membuatku gila!” gumamku dalam hati. Aku melihat kiri-kanan, Minzy, Sherin, dan Caitlin masih tertidur pulas karena kelelahan setelah perjalanan yang jauh dan aku tidak tega mengganggu mimpi indah mereka dengan idolanya masing-masing. Aku duduk terdiam diatas kasur, merasa tidak ada kerjaan, aku pun memutuskan untuk mandi dan tidak mau memikirkan acara Super Junior nanti.
“Pagi, Bu!” sapaku sesopan mungkin pada Ibu Meriz agar dapat izin jalan-jalan keluar.
“Pagi, Nak! Ada apa?” balas Bu Meriz lembut.
“Bu, hari ini kan kita masih libur. Boleh tidak saya, Minzy, Caitlin, dan Sherin pergi jalan-jalan keluar?” kataku dengan menampilkan muka memelas sebisa mungkin.
“Memangnya kalian mau kemana?” tanya beliau dengan dahi berkerut.
“Kita mau ada acara. Penting banget, Bu.” kata Caitlin tiba-tiba.
“Iya Bu. Acara kita penting sekali.” tambah Minzy semangat. Sherin hanya ngangguk-ngangguk tanda setuju.
“Tapia apa kalian tidak akan kelelahan? Setelah melakukan perjalanan jauh langsung jalan-jalan.” Kata beliau khawatir.
“Tentu saja tidak, Bu. Kemarin, kami beristirahat sangat baik.” Ucapku sedikit berbohong.
“Ya sudah, tapi ada nomor yang bisa hubungi tidak?” kata Bu Meriz.
“Ada Bu, pakai yang saya saja. Kemarin malam, saya baru beli nomor baru di sini. Ini nomornya, Bu.” akhirnya Sherin bersuara juga. Ia memberikan secarik kertas berisi nomor telepon barunya.
“Ya sudah, saya izinkan. Tapi kalian harus tahu waktu, ya!” peringat Bu Meriz.
“Siap, Bu!” seru kami ber-4 bersamaan lalu kami pun pergi menuju stasiun kereta bawah tanah terdekat.
“Kita kan baru kali ini ada kesempatan ketemu dekat sama mereka. Kira-kira nanti bakalan kaya gimana, ya? Aku takut pingsan tiba-tiba kalo waktu Donghae lihat aku, dia langsung meluk aku.” seru Caitlin semangat.
“Aku yakin. Saat pertama kali melihatku, Kyuhyun akan langsung mengajakku pulang untuk dikenalkan pada orang tuanya. Hahaha” seru Minzy percaya diri.
“Aku sih langsung bawa Heechul ke K.U.A buat bikin buku nikah. Hihihi” seru Sherin terkekeh.
“Kalian sih harapannya biasa banget! Aku dong, kalo misalkan nanti Hyukjae tatap muka sama aku, dia bakalan langsung tergila-gila sama kecantikan aku dan langsung lupa diri. Huaahahha” kataku semangat percaya diri tinggi dan membuat mereka ber-3 ikut tertawa terbahak-bahak.
“Tapi jujur, ya. Harapan bener aku itu cuma pengen dia tau kalau aku itu cinta mati sama dia.” kataku melemas.
“Dia tau kalau aku ada aja aku bersyukur banget. Bukan sadar aku ada sebagai penggemar, tapi bener-bener tau aku.” balas Sherin.
“Udah deh dari pada sedih-sedihan mending kita ngehayal gila kaya waktu di pesawat.” ajakan Caitlin dibalas dengan anggukan aku, Minzy, dan Sherin. Selama diperjalanan kami ber-4 terus menghayal aneh-aneh tentang apa yang akan terjadi di sana.
Tak terasa, kita sudah sampai di stasiun tujuan kita. Tinggal beberapa puluh meter lagi berjalan, akhirnya kami pun sampai di sebuah aula yang cukup besar. Tempat itu sudah dipenuhi oleh para ELFs, sebutan untuk para penggemar Super Junior. Aku, Caitlin, Minzy, dan Sherin saling berpegangan agar tidak terpisan saat menerobos kumpulan-kumpulan orang agar bisa sampai tepat di depan panggung.
Tak lama setelah kami ber-4 sampai tepat di depan panggung, lampu ruangan dimatikan dan ELFs makin meriah meneriakan kata ‘Super Junior’. Beberapa saat kemudian sang pembawa acara keluar dan memberika sedikit pembukaan untuk membuat para ELFs makin semangat meneriakan ‘Super Junior’. Teriakan ELFs makin menjadi saat satu persatu anggoto Super Junior mulai naik ke atas panggung. Akhirnya pun acara dimualai, dibuka dengan penampilan Super Junior dengan lagu terbarunya yang berjudul ‘Mr. Simple’.
Semakin lama acara semaik meriah karena Grup Idola yang beranggotakan 10 orang ini menggelar ‘serfis penggemar’ yang berarti beberapa ELFs yang beruntung, keinginannya akan dikabulkan oleh Super Junior. Aku, Caitlin, Minzy, dan Sherin juga histeris dan terus meneriakan nama idola masing-masing agar ditunjuk untuk mendapatkan ‘serfis’ dari idola kami.
“Fairy!! Kok perasaan dari tadi, gak ada yang minta ke Hyukjae, sih?” tanya Minzy polos.
“Idola kamu gak laku. Hahaha” celoteh Sherin tiba-tiba.
“Enak aja kau bilang dia gak laku! Itu tuh gak ada yang berani ganggu hubungan aku sama dia tau!” bantahku sekenanya.
“Kayanya gak ada yang mau sama aku ya? Huhuhu” kata Hyukjae lemas dari atas panggung. ELFs makin histeris.
“Lee Hyukjae! Aku mau serfis penggemar dari kamu! Aku mencintaimu!” aku terus berteriak seperti itu agar dia sadar bahwa aku ada disini.
Aku terus berteriak sekuat tenaga agar ia tau aku disini. Akhirnya disisa-sisa suara penghabisan, ia melihatku, mata kita bertemu. Beberapa saat kemudian, ia berjalan perlahan kepadaku dan saat ia berhenti tepat di depanku, ia menjulurkan tangannya dan menarikku ke atas panggung untuk menerima serfis penggemar darinya.
“Tanganku bergetar saat ia meyentuhnya. Serasa melayang saat ia membawaku ke atas panggung. Dan sekarang ia ada dihadapanku. Apa yang harus ku lakukan?” pikirku keras.
“Bukankah tadi kau bilang kau mencintaiku?” tanya Hyukjae polos sambil menatap mataku dalam.
“Eh… Ah… I.. Iya..” jawabku tergagap.
“karena kamu adalah penggemar pertama yang meminta serfis penggemar padaku, jadi apa yang kau inginkan akan aku kabulkan.” balasnya santai sambil mengedipkan sebelah matanya.
“Se… Sem… Semu… Semuanya?” kataku lebih gagap dari sebelumnya. Hyukjae hanya mengangguk lalu tertawa kecil.
“Aku hanya ingin dua permintaan.” jawabku sedikit tenang.
“Sebutkan saja.” balasnya singkat lalu memberiku senyum yang memperlihatkan gusi merah mudanya membuat ia semakin tampan saja.
“Ikuti akun Twitterku dan satu hari saja aku ingin kita pergi bersama.” kataku penuh harap.
“OKE!” serunya cepat. Lalu ia mengeluarkan I-phone putih kesayangannya.
“Namanya apa? Sama minta nomor ponselnya, dong!” sambungnya santai. ELFs makin berteriak histeris.
“Apa ini serius?” tanyaku ragu. Ia mengangguk.
“Ini. Tapi pastikan kau menepati janjimu, ya!” lanjutku sambil menuliskan nama Twitterku dan nomor ponselku.
“Siap! Mari ke sini.” serunya lalu berjalan ke arahku lalu memelukku begitu saja. ELFs makin menjadi histeris.
“…”
Esoknya, ponselku masih sepi . Sampai akhirnya ada nomor tak dikenal mengirimkan pesan berisi “@FairyAngel, sudah aku laksanakan permintaan pertamamu.” “Siapa ini?” gerutuku dari dalam hati. Tak lama kemudian nomor tak dikenal itu menelepon ponselku. Dan yang membuatku kaget dan tak percaya adalah seseorang yang berbicara disebrang adalah Hyukjae yang mengajaku pergi jalan-jalan dan makan bersama.
“Apa? Serius?” tanya ke-3 sahabatku itu bersamaan dengan histeris dan tak percaya.
“hmm..” aku mengangguk sambil tersenyum bahagia.
“Baiklah, sampaikan salamku pada Kyuhyun, Fay!” Seru Minzy.
“Kalo aku ke Heechul sama Sungmin!” Seru Sherin tak mau kalah.
“Ke pacar aku. Donghae!” Seru Caitlin kalem.
“Siap!” Kataku semangat.
“…”
Akhirnya, dia benar-benar menepati janjinya waktu itu dan aku pergi bersama dengannya. Pertama, aku dan dia janjian untuk bertemu di aula tempat acara waktu itu. Setelah bertemu dengannya, aku diajak untuk pergi ke kedai penjual mie ramen. Selesai makan, ia mengajakku jalan-jalan ke taman.
“Apa ini benar-benar Super Junior Hyukjae?” tanyaku heran.
“Iyalah. Siapa lagi?” jawabnya santai.
“Kenapa kamu bisa seramah ini dengan orang yang jelas-jelas baru kau kenal?”tanyaku serius.
“Itu faktor hati mungkin.” Balasnya enteng.
“Maksudnya?” aku mengerutkan dahi.
“Fairy, apa kamu percaya sama cinta pada pandangan pertama?” tanyanya serius.
“Aku percaya. Soalnya itu yang aku rasain waktu aku liat kamu. Dan aku langsung jatuh hati sama kamu.” Jawabku apa adanya sambil menundukan kepala.
“Bukannya ini pertemuan pertama kita, ya? Kok, kemarin kamu bisa bilang kalau kamu cinta aku?” tanyanya penasaran.
“Mungkin kamu enggak tau aku. Tapi aku tau segala tentang kamu. Penggemar macam apa yang enggak tau gimana idolanya. Kamu itu idola aku. Dan karena sikap, sifat, dan segala tentang kamu yang aku tau itu yang buat aku suka sama kamu.” Jelasku panjang lebar.
“Berarti mulai sekarang, ajarin aku untuk tau kamu lebih dalam lagi, ya?” katanya santai. Aku jadi semakin tidak mengerti.
“Maksudnya?” aku bingung.
“Ajari aku agar aku punya perasaan yang sama seperti kamu ke aku. Jadi perasaan aku enggak sekedar suka pada pandangan pertama aja.” jelasnya singkat.
Aku terdiam tak percaya.
“Tapi kayanya akan sulit. Karena besok aku harus pergi. Kamu harus berterima kasih pada ku karena waktu dimana aku harus menghabiskan liburan bersama anggota Super Junior yang lain, aku malah meluangkan waktu untukmu.”
Aku masih terdiam.
“Ini adalah hari terakhir aku di Jepang. Besok dateng ke bandara, ya?” tawarnya lembut.
“Maaf aku enggak bisa. Aku ada kelas.” Aku menggeleng sambil menunduk. Berusaha tidak memperlihatkannya wajah sedihku.
“Ya sudahlah, tidak usah memaksakan.” Balasnya pasrah.
Aku terdiam dan mulai menangis.
“Jangan sedih. Kan masih ada twitter.” Katanya mencoba menenangkan.
“Tapi, kan kamu gak pernah bales mention aku!” bentakku lembut sambil menangis meluapkan kesedihan yang sedari tadi aku tahan.
“Kan ada DM. Jangan sedih, ya!” ia terus menenangkan sambil mengelus kepalaku lembut sedangkan aku masih saja terus menangis.
“Jangan menangis, sayang!” jawaban singkatnya membuatku makin menjadi-jadi.
“Sudahlah. Hapus air matamu sayang!” katanya sambil memelukku. Tangisku tumpah ruah di pelukannya.
Perlahan-lahan, ku buka mataku yang basah karena habis menangis sejadi-jadinya di pelukan Hyukjae. Tapi apa yang kulihat tampak berbeda, aku berada disebuah ruangan berwana biru sapir, terbaring di kasur dengan memeluk sebuah boneka beruan besar yang sedikit basah karena air mataku yang keluar dalam jumlah yang tidak sedikit. Saat itulah aku menyadari bahwa semua itu hanya mimpi. Senyumnya di hadapanku, elusan tangannya di kepalaku, pelukan hangatnya untuk menenangkanku, itu semua tidak nyata.
Merasakan sakit seperti merasa dibohongi besar-besaran oleh mimpiku sendiri. Ku tatap wajahnya dengan senyum manisnya yang berada di dinding. Makin sakit rasanya saat melihat matanya yang menatap tajap tepat kearahku membuat tangisku makin menjadi jadi.
“Tadi itu mimpi yang sangat indah. Walaupun sungguh terasa menyakitkan. Walau itu semua hanya dalam mimpi. Tapi aku ingin mengucapkan terima kasih karena kau telah sempat memanggilku ‘sayang’…”
...Selesai...

No comments :